Pengaruh Pendidikan Orang Tua terhadap
Kolaborasi Antara Guru dan Orang Tua Dalam Memperbaiki Perilaku Hormat Siswa SD
Negeri 016521 Sei Balai
Oleh :
Nama : Wahyu Sutrisno
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Tuhan Maha Esa karena telah memberikan hidayahNya sehingga makala ini
dapat terselesaikan. Selawat beriring salam kita ucapakan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW semoga syafa’anya dapat kita dapatkan di akhir zaman
nanti. Amin
Makalah ini merupakan salah satu
tugas yang dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi teman-teman dalam
belajar. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memenuhi kebutuhan kita
sebagai mahasiswa. Dan kita dapat lebih mengembangkan dan menambah sumber lain
agar adapat mencapai keberhasilan yang memuaskan.
Saya menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu
dengan tangan terbuka dan hati yang ikhlas demi peningkatan kualitas
pembelajaran, saya menerima kritik dan saran dari para pembaca makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk peningkatan kualitas pendidikan kita.
Medan, Mei 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Salah satu permasalahan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu proses pembelajaran seperti
metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang tidak
efektif, kurangnya
motivasi siswa dalam belajar dan mulai melemahnya tingkat moral siswa dewasa ini.
Realita lapangan menunjukan bahwa
siswa SD 016521 Sei Balaikurang
memiliki kemauan belajar yang rendah dan
lemahnya perilaku hormat yang dimiliki. Banyak siswa merasa
“ogah-ogahan” dan kurang menghargai guru
di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan
oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi
dan rendahnya tingkat moral yang di miliki.
Guru merupakan sosok yang sangat
diperlukan dalam lingkup pendidikan. Karena guru merupakan tonggak untuk
melahirkan generasi penerus bangsa yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
pembangunan. Segala tindakan guru akan senantiasa dicontoh dan dipuja muridnya.
Dalam kenyataanya anak akan lebih patuh kepada guru daripada orang tua. Kenyataan di
lapangan dalam melakukan proses pembelajaran yang dilakukan guru agar tercipta
mutu pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan tidaklah berbuah manis,
tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Karna bagaimana pun seorang guru
memilki batasan- batasan. Disinilah peran orang tua di tonjolkan, orang tua
harusnya ikut untuk mendidik dan membantu guru dalam proses belajar dan
mengajarnya.
Satu persepsi tujuan yang sama guru
dan orang tua dalam pendidikan yakni mengasuh, mendidik, membimbing, membina
serta memimpin anaknya menjadi orang dewasa dan dapat memperoleh kebahagiaan
hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini sebagai penunjang pencapaian
visi Bangsa Indonesia berdasarkan ketetapan MPR RI No.IV/2004 tentang GBHN
(1996:66).
Hal besar itu akan
diawali dari pendidikan dari orangtua sebagai pendidik pertama dalam rumah
tangga. Sebagai tindak lanjut pendidikan, orangtua yang mempunyai ruang lingkup
dan kapasitas yang sangat terbatas maka anak itu disekolahkan. Disinilah
dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru dan orangtua murid, sehingga murid
senantiasa tetap berada dalam kontrol-kontrol. Dengan demikian murid tidak
mempunyai peluang untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan yang
melanggar tatanan kemasyarakatan.
Dengan kerja sama
antara guru dan murid menyebabkan terjadinya pertukaran informasi antara guru
dan orangtua sekitar fenomena dan peristiwa yang melingkupi diri murid dalam
kehidupan sehari-harinya. Pertukaran informasi sekitar fenomena kehidupan murid
baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat merupakan suatu titik
nadi kehidupan yang perlu diperhatikan oleh guru dan orangtua dalam rangka
mengawasi aktivitas keseharian murid, khususnya dalam aktivitas belajar dan
perilaku moralnya.
Melalui kolaborasi
tersebut orangtua akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang tingkat
keberhasilan anaknya dalam mengikuti aktivitas disekolah. Disamping itu,
orangtua juga akan mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang sering dihadapi
anak-anaknya disekolah, juga dapat memperoleh informasi tentang kondisi
anak-anaknya dalam menerima pelajaran, tingkat kerajinan, malas, bodoh, atau
bagaimana etikanya dalam pergaulannya. Sebaliknya, guru dapat pula mendapatkan
informasi tentang kondisi kejiwaan muridnya yang dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya, dan keadaan murid dalam kehidupannya ditengah-tengah masyarakat
dan sebagainya.
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah (guru), orangtua murid,
masyarakat, dan pemerintah. Dengan demikian, semua pihak yang terkait harus
senantiasa menjalani hubungan kerja sama dan interaksi dalam rangka menciptakan
kondisi belajar yang sehat bagi para murid. Interaksi semua pihak yang terkait
akan mendorong murid untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar,
yakni belajar dengan tekun dan tetap berberilaku sesuai etika yang di ajarkan.
Selain interaksi
tersebut, ada juga interaksi yang mutlak harus dilaksanakan yang secara langsung
dapat mewujudkan aktivitas belajar dan kegiatan berprilaku yang baik, yakni
interaksi antara guru dan murid. Interaksi yang dimaksud mengindikasikan
terpadunya dua jenis kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Aktivitas belajar yang dilakoni murid sebagai pelajar dan aktivitas mengajar
yang dilakukan oleh guru sebagau tugas profesional guru dalam pandangan Sudjana
(1994:31) bahwa:
Kegiatan yang
diharapkan dapat mendorong murid untuk lebih aktif dan lebih bergairah dalam
belajar karena kegiatan belajar dan mengajar yang berdaya guna dimaksudkan
untuk mencapai tujuan pengajaran atau pembelajaran.
Selanjutnya,
hubungan timbal balik antara orangtua dan guru yang benilai informasi tentang
situasi dan kondisi setiap murid akan melahirkan suatu bentuk kerja sama yang
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan berperilaku hormat murid baik di
sekolah maupun di rumah.
Hubungan kerja sama
antara guru dan orangtua murid sangatlah penting untuk proses belajar dan moral
anak khususnya di SD 016521. Untuk mencapai hubungan kerja sama tersebut, maka
peneliti merasa perlu meneliti hal tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka
rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah mengapa tingkat pendidikan orang
tua, berpengaruh terhadap kerjasama antara guru dan orang tua dapat memperbaiki
rasa hormat siswa. Oleh karena itu, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh
Pendidikan Orang Tua terhadap Kolaborasi Antara Guru dan Orang Tua Dalam Memperbaiki
Perilaku Hormat Siswa SD Negeri 016521 Sei Balai”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah penelitian adalah sebagai berikut :
ü
Adakah hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara guru dan orang
tua dalam memperbaiki perilaku hormat siswa SD Negeri 016521 Sei Balai?
ü
Seberapa
besar pengaruh pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara antara guru dan
orang tua dalam memperbaiki perilaku hormat siswa SD Negeri 016521 Sei Balai?
3. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan maslah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendiskripsikan :
ü
Ada atau tidaknya
hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara
guru dan orang tua dalam memperbaiki perilaku hormat siswa SD Negeri 016521 Sei
Balai?
ü
Ada atau tidaknya pengaruh pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara antara
guru dan orang tua dalam memperbaiki perilaku hormat siswa SD Negeri 016521 Sei
Balai?
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini secara
teoritis yaitu sebagai berikut :
ü
Agar penelitian ini
dapat memperkaya keilmuan, khususnya dalam hal aplikasi pelayanan Bimbingan dan
Konseling.
ü
Agar guru kelas atau
guru bidang study / guru BK bisa menggunakannya sebagai alternatif yang lain untuk
mengembangkan karakter siswa.
BAB II
LANDASAN
TEORI
1. Kajian Teori
A. Pengertian Pendidikan
Dalam
upaya agar manusia dapat menjalani fungsi kemanusiaannya, maka diperlukan suatu
sarana agar fungsi
tersebut terlaksana, dan
pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan
masalah yang sangat
penting dalam kehidupan,
bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini sama sekali tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan,
baik dalam kehidupan
keluarga, maupun dalam kehidupan
bangsa dan negara. Maju
mundurnya suatu bangsa
sebagian besar ditentukan
oleh mundurnya pendidikan
di negara tersebut,
sebab pembangunan ekonomi,
sosial budaya, politik
dan pertahanan keamanan
pada suatu bangsa
atau negara, mutlak
memerlukan keikutsertaan upaya
pendidikan untuk menstimulir dan
menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan.
Pengertian pendidikan
adalah salah satu
proses di mana
suatu bangsa mempersiapkan
generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan kehidupan
secara efektif dan
efesien. Pendidikan lebih
dari sekedar pengajaran,
karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa atau
negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri
di antara individu-individu.
Dengan kesadaran tersebut,
suatu bangsa atau
negara dapat mewariskan kekayaan budaya
atau pemikiran kepada
generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi
bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan.
Para ahli
pendidikan telah banyak
yang mengartikan pengertian pendidikan. Pengertian-pengertian yang
diberikan beragam sekali,
sehingga terjadi perbedaan-perbedaan tergantung
tokoh itu memandangnya. Walaupun
ada perbedaan pandangan
tentang pengertian pendidikan,
secara umum terdapat kesamaan
di dalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut. Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah usaha untuk
manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan
rohani anak didik
sampai tujuan yang dicita-citakan oleh pendidikan, hal ini mengandung arti bahwa pendidikan
merupakan suatu proses
yang kontinyu. Ia merupakan
pengulangan yang
berlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang
diinginkan.
B.
Makna Hakiki
Perilaku Hormat
Menurut La
Bruyere, seorang filsuf Perancis, “Politeness
does not always produce kindness of heart, justice, complacency, or gratitude,
but it gives to man at least the appearance of it, and makes him seem
externally what he really should be” (Sopan-Santun tidak selalu
menghasilkan kebaikan hati, keadilan, kepuasan, atau rasa syukur, tetapi ini
dapat memberikan seseorang paling tidak terlihat sopan, dan membuatnya tampak
dari luar apa yang seharusnya menjadi benar-benar terhormat).
Maka seorang filsuf dari Perancis,
Andre Comte-Sponville mengatakan bahwa perilaku sopan-santun adalah merupakan
perilaku tiruan dari tindak kebajikan. Menurut Comte-Sponville juga: “Politeness is that pretense, or semblance,
of virtue from which the virtues arise” (Sopan-santun adalah tiruannya,
atau penampakan luar, dari kebajikan yang darinya timbul kebajikan-kebajikan
sebenarnya). sopan santun adalah awal dari pembentukan karakter. Di dalam
kehidupan perlu ada rasa dan perilaku hormat dalam pergaulan maupun hormat
terhadap tugas kewajiban. Kalau ingin hak-hak asasi kita dihormati dan
dijunjung, kita harus menghormati dan menjunjung hak-hak asasi orang lain. Jadi
dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa hormat adalah sifat saling menghormati antara satu individu dengan
individu lainnya sehingga terciptanya ketertiban dan kenyamanan dalam kehidupan
sehari - hari. Thomas Lickona adalah
nilai-nilai yang menjunjung tinggi hak azasi manusia dan memperkokoh martabat
manusia.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Perilaku hormat adalah suatu tindakan menghargai kepada orang
lain. Atau perilaku takzim dan hikmat kepada orang lain.
C.
PENGERTIAN
KOLABORASI
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun
didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi
tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat
Kolaborasi
adalah adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang
terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang
mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan
untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta
berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI, 2005). (Dikutip dari :ecopedia.wordpress.com)
Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000),
kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Gray (1989)
menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang
terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan
solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa
yang dapat dilakukan.
D.
PENGERTIAN BELAJAR/ AKTIVITAS BELAJAR
Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat
adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Definisi Belajar
menurut Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan
bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists
over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth
; Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Definisi Belajar enurut
Ernest R. Hilgard, Belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya
relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa
diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat
kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Pengertian Belajar
Cronbach (1954) berpendapat :
Learning is shown by a change in behaviour as result of experience.
Menurut Spears : Learning is to
observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow
direction
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A. Lokasi
dan Waktu Penelitihan
1. lokasi
penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SD Negeri 016521 Sei Balai, Tempat tersebut dipilih dengan
beberapa pertimbangan diantaranya lokasinya mudah dijangkau sehingga efisien
waktu dan biaya serta keberadaan sampel untuk memudahkan penelitian memperoleh
data.
2. Waktu Penelitian
Tahap persiapan hingga pelaporan
hasi pengembangan akan dilakukan selama 14 minggu yakni mula bulan Februari
sampai dengan April 2012. Tahap perencanaan dilaksanakan pada bulan Februari
tahap pelaksanaan dimulai bulan Maret.
B.
Metode
Penelitian
Adapun metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah metode Analisis Korelasional. Metode ini digunakan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua terhadap kolaborasi antara guru dan orang tua dalam memperbaiki
perilaku hormat siswa.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi siswa SD
Negeri 016521 Sei Balai tahun ajaran
2010-2011 terdiri dari 6
kelas, dengan jumlah siswa 250
orang. Namun peneliti tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan
untuk kepentingan ketelitian ketepatan waktu selesainya penelitian.
Tabel 1
Populasi
Penelitian Siswa SD
Tingkat pendidikan orang tua
|
|||||||
No
|
Kelas
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
S1
|
Jumlah
|
|
1
|
1
|
12
|
6
|
12
|
10
|
40
|
|
2
|
2
|
2
|
15
|
10
|
13
|
40
|
|
3
|
3
|
10
|
10
|
10
|
20
|
50
|
|
4
|
4
|
14
|
4
|
2
|
16
|
36
|
|
5
|
5
|
11
|
20
|
10
|
4
|
45
|
|
6
|
6
|
9
|
10
|
10
|
10
|
39
|
|
Jumlah
|
58
|
65
|
54
|
73
|
250
|
||
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Adapun sampel yang akan diteliti sejumlah 115 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling (acak). Random ini
dilakukan dengan cara pengundian.
Tabel 2
Sampel Penelitian Siswa SD
Tingkat pendidikan orang tua
|
|||||||
No
|
Kelas
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
S1
|
Jumlah
|
|
1
|
1
|
8
|
3
|
8
|
6
|
25
|
|
2
|
2
|
1
|
10
|
6
|
8
|
25
|
|
3
|
3
|
6
|
6
|
6
|
13
|
31
|
|
4
|
4
|
8
|
2
|
1
|
10
|
21
|
|
5
|
5
|
6
|
13
|
6
|
2
|
27
|
|
6
|
6
|
9
|
6
|
6
|
6
|
23
|
|
Jumlah
|
33
|
38
|
32
|
44
|
152
|
||
3.
Variabel
Penelitian
Dalam
penelitian ini ada dua variabel yang penulis gunakan, yaitu :
a. Variabel
Bebas
Sebagai
variabel bebasnya adalah pengaruh
pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara guru dan orang tua
yang dilambangkan dengan huruf
X.
b. Variabel
Terikat
Sebagai
variabel terikatnya adalah perilaku hormat siswa SD yang dilambangkan
dengan huruf Y.
4.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes, dan non tes. Tes dilakukan
dengan memberikan soal-soal isian yang berjumlah 10. Sedangkan untuk instrumen
non tes dengan memberikan angket/kuesioner tentang data pengaruh pendidikan
orang tua terhadap kolaborasi antara guru dan orang tua.
Angket/Kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan ganda, sebuah daftar
pertanyaan di mana responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai
dengan kebiasaan masing-masing dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban
yang dipilih.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis
mengumpulkan data dari dua sumber yakni data nilai angket pengaruh pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara
guru dan orang tua dari hasil pengisian angket,
dan Perilaku Hormat siswa dari hasil tes.
Penulis terlebih dahulu membagikan
angket/kuesioner tentang tingkat pendidikan orang tua yang berjumlah 10
pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda dengan pilihan A, B, C, . Instrumen
angket perilaku hormat digunakan
nilai/skor antara 2 sampai dengan 6. Skor 2 untuk jawaban A, skor 4 untuk
jawaban B, skor 6 untuk jawaban C. Jadi masing-masing pilihan jawaban itu
dimaksudkan untuk melambangkan perbedaan kadar atau kualitas pendidikan orang tua yang berpengaruh dengan perilaku hormat sisw
dimiliki siswa secara tafsiran kuantitatif.
6.
Teknik
Analisis Data
Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan
dan pemberian nilai pada setiap angket dan hasil tes.
b. Untuk
angket/kuesioner tentang data pengaruh pendidikan orang tua terhadap kolaborasi antara
guru dan orang tua diberi nilai antara 2
sampai dengan 6.
c. Menghitung
hasil nilai angket/kuesioner tentang data pengaruh pendidikan
orang tua terhadap kolaborasi antara guru dan orang tua
yang dijadikan sampel dengan simbol X, Y, dan XY
d. Menjumlahkan hasil perkalian antara tentang data pengaruh pendidikan
orang tua terhadap kolaborasi antara guru dan orang tua
dengan rasa hormat siswa SMA.
e. Menghubungkan
kedua nilai tersebut dengan menggunakan rumus korelasi product moment, untuk
mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pada kedua variabel tersebut.
|
Keterangan
:
rxy = Korelasi antara variabel X dan Y
X =
tentang data pengaruh pendidikan orang tua terhadap kolaborasi
antara guru dan orang tua
Y = Hasil kebiasaan rasa hormat
XY = Hasil
kali dua variabel antara X dan Y
N =
Jumlah sampel penelitian
DAFTAR PUSTAKA
http://xa.yimg.com/kq/groups/24705802/560753918/name/Facebook+in+Privacy+Breach+-+WSJ+10-18-2010.pdf
http://www.kendaripos.co.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=5871
Mackey,
W.F. Analisis Bahasa. Surabaya: Usaha Nasional. 1986.
Manurung. Tiurma. Terhempasnya Wibawa Guru: Satu Kajian Kontrastif Karya Sastra Masa Kini
Dan Masa Lalu. Jurnal Nasional seputar Moral. 2005
Smaradhipa,
Galih. Bertutur dengan Tulisan diposting dari situs www.rayakultura.com.
12/05/2005
Pangabean,
Maruli. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta: Gramedia. 1981.
Sergiovani S. Thomas. Leadership for school. New
york. 2001
Witherington, H.C.1978.educational psychology, terjemahan: M.Buchori. Jakarta: aksara
baru.