Selasa, 29 April 2014

8 macam kecerdasan manusia.ppt

Gaya belajar.ppt

Cara menghadapi ujian.ppt

RATIONAL EMOTIVE THERAPY



RATIONAL EMOTIVE THERAPY
A. Konsep Dasar
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
  1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
  2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
  3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke­sepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me­nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.

B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
  1. Tidak dapat dibuktikan
  2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
  3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:
  1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan imajinasi
  2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
  3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator sebab keyakinan irasional adalah:
  1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
  2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum
  3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya
  4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya
  5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut
  6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
  7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural\
  8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran­-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya:
1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
2. Terpaku pada yang negatif,
3. Terlalu cepat menggeneralisasi.
Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga ke­yakinan irasional:
1. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”:
2. “Orang lain harus memahami dan mempertimbang­kan saya, atau mereka akan menderita”.
3. “Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.

C. Tujuan Konseling
  1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
  2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif :
  1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.
  2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
  3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal :
(1) minat kepada diri sendiri,
(2) minat sosial,
(3) pengarahan diri,
(4) toleransi terhadap pihak lain,
(5) fleksibel,
(6) menerima ketidakpastian,
(7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya,
(8) penerimaan diri,
(9) berani mengambil risiko,
(10) menerima kenyataan.
Ellis berulang kali menegaskan bahwa betapa pentingnya “kerelaan menerima diri-sendiri”. Dia mengatakan, dalam RET, tidak seorang pun yang akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru. Kita harus menerima diri sebagaimana adanya, menerima sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan. Dia mengkritik teori-teori yang terlalu menekankan kemuliaan pribadi dan ketegaran ego serta konsep-konsep senada lainnya.
Menurut Ellis, memang ada alasan-alasan tertentu kenapa orang mengedepankan diri atau egonya, yaitu kita ingin menegaskan bahwa kita hidup dan dalam keadaan baik-baik saja, kita ingin menikmati hidup, dan lain se­bagainya. Akan tetapi, jika hal ini dilihat lebih jauh lagi, ternyata mengedepankan diri atau ego sendiri malah me­nyebabkan ketidaktenangan, seperti yang diperlihatkan oleh keyakinan-keyakinan irasional berikut ini:
- Aku ini punya kelebihan atau tak berguna.
- Aku ini harus dicintai atau orang yang selalu diperhatikan.
- Aku harus abadi.
- Aku harus jadi orang baik atau orang jahat.
- Aku harus membuktikan diriku.
- Aku harus mendapatkan apa pun yang saya inginkan.
Ellis berpendapat bahwa evaluasi-diri yang keterlaluan akan menyebabkan depresi dan represi, sehingga orang akan mengingkari perubahan. Yang harus dilakukan manusia demi kesehatan jiwanya adalah berhenti menilai-nilai diri sendiri. Ellis tampaknya agak skeptis akan keberadaan diri yang “sebenarnya” seperti yang diyakini Homey atau Rogers . Dia sangat tidak sepakat dengan gagasan tentang adanya konflik antara diri yang teraktualisasi dengan citra diri yang dituntut masyarakat. Menurutnya, diri me­nurut seseorang dan diri menurut masyarakat bukannya saling bertentangan, sebaliknya saling topang.
Dia juga tidak sepakat dengan gagasan yang menyata­kan bahwa ada kesatuan transpersonal daIam diri atau jiwa. Agama Buddha, umpamanya, bisa berjalan baik tanpa adanya gagasan ini. Dia juga tidak percaya akan adanya alam bawah sadar mistis seperti yang diajarkan berbagai tradisi atau psikologi transpersonal yang dikemukakan ilmu psikologi. Dia menganggap keadaan kejiwaan semacam ini lebih bersifat tidak otentik ketimbang transenden. Di lain pihak, dia menganggap pendekatannya lahir dari tradisi kuno kaum Stoik dan didukung oleh pemikiran filo­sofis, terutama pemikiran Spinoza. Dia juga melihat adanya kemiripan tertentu antara pendekatannya dengan eksisten­sialisme dan psikologis eksistensial. Artinya, pendekatan apa pun yang menempatkan tanggung jawab ke pundak diri individual beserta keyakinan yang dipegangnya lebih mirip dengan pendekatan RET-nya Ellis ini.
D. Deskripsi Proses Konseling
  • Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
  • Tugas konselor menunjukkan bahwa masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional serta usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor :
(a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung;
(b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien;
(c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;
(d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
  1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
  2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
  3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
  4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
E. Teknik Konseling
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:

Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
(a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya;
(b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
(c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

DAFTAR BACAAN:
Corey. 2005. Teori dan peraktek konseling dan psikoterapi. Refika aditama. jakarta

Teori Happock

Teori Happock

Teori dan perkembangan karier dalam pandangan Hoppock dapat dapat dikatagorikan kedalam sepuluh teori yaitu :
Pekerjaan dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan .
Setiap individu memilki berbagai kebutuhan, kebutuhan itu diantranya kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan makan,istirahat,tempat tinggal dan lain sebagainya kebutuhan psikologis antra lain kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain kebutuhan untuk di hormati dan dihargai individu akan menghadapi setiap kebutuhan fisik dan psikologis yang pengaruhnya dapat berpariasi.Hoppck menyimpulkan bahwa reaksi individu terhadap kebutuhan fisik dan psikologis berpengaruh dalam pemilihan jabatan.
Perkerjan, jabatan karier yang dipilih adalah pekerjaan yang disukai dan di yakini bahwa pekerjaan itu paling baik untuk memenuhi kebutuhan.
Individu memilih perkerjaan,jabatan, karir, adalah pekerjaan yang paling memenuhi kebutuhan yang kuat akan kebutuhan status dan penghargan dari orang lain.orang yang memiliki kebutuhan yang kuat akan kebutuhan status dan penghargaan dari orang lain memilki kecendrugan akan mengejar kedudukan yang paling di inginkan dan paling dapat memenuhi kebutuhan akan stautus dan penghargaan diri orang lain.Demikian halnya denga kebutuhan lainya
Apabila orang menyadari tentang berbagai jenis pekerjaan dengan berbagai situasinya dan secara langsung akan menyadari bahwa pekerjaanitu dapat memberikan pengalaman yang memuaskan dan pekerjaan lain memberilan pengalaman yang tidak menyenangkan jadi pekerjaan jabatan karir dipilih seseorang apabilai untuk pertama kali ia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam pandangan Hoppock pada saat yang demikian ini pemilihan jabatan baru dimulai dengan sungguh sungguh.
a) Kebutuhan yang timbul bisa diterima secara intelektual yang di arahkan untuk jabatan tau tujuan tertentu
b) Pemilihan pekerjaan,jabatan dan karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang lebih mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya
c) Memberikan potensi kepada seseorang untuk berparti sipasi itu sangat ter gantung pada seseorang terhadap pemahaman dirinya.
d) Formasi mengenai diri sendiri
e) Kepuasan pada pekerjaan tergantung pada pencapaiaan atau tidaknya terhadap kebutuhan seseorang
f) Kepuasan kerja dapat di peroleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang atau ssuatu pekerjaan yang menyajikan terpenuhinya kebutuhan di masa yang akan datang.
g) Pilihan pekerjaan akan berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang.
Seperti yang di kemukakan diatas besarrnya kepuasan yang dirasakan merupakan perbandingan antara pemenuhan kebutuhan dengan apa yang di harapkan dan kemampuan dalam memahami diri.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Edwin.L. Heer.1976, Career Guidance and Cuonseling Through The Life Span.University Me Hill. Boston.
Ruslan,A.Gani.1985, Bimbingan Karir. Angkasa. Bandung

6 Karater



6 Karakter
1.      Caring (Kepedulian)

Kamus Besar BahasaIndonesia, menyatakan bahwa kepedulian adalah indah,memperhatikan, menghiraukan, mencampuri perkara orang dan sebagainya .Peduli menurut kamus besar bahasaIndonesia adalah mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan.Maka dapat disimpulkan bahwa Kepedulian adalah suatu gerak, perhatian yang di lakukan jiwa sadar seseorang yang di wujudkan ke dalam tingkah laku.

Manfaat dari kepeduliaan
          Orang yang dengan tekun mengusahakan kesejahteraan orang lain akan menerima pengakuan dan kesan yang baik dari mereka yang mengamati tindakan-tindakannya yang tidak egois.
          Keterlibatan di dalam kehidupan satu sama lain akan memperdalam taraf keintiman dan persahabatan di antara kedua pihak.

Bentuk-bentuk caring

Ada 4 macam  bentuk caring, yaitu  caring terhadap :
ž  Diri sendiri
ž  Keluarga
ž  Lingkungan masyarakat, dan
ž  Negara


2.      Citizenship (Kewarganegaraan)

Kewarganegaraan adalah anggota dalam sebuah komunitas politik (negara), dan dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam politik. Kewarganegaraan berasal daripada hubungan di sisi undang-undang dengan sebuah negara. Kewarganegaraan sangat penting,apalagi untuk status kewarganegaraan seseorang. Peraturan yang ada harus ditaati oleh masyarakat yang berada di Negara tersebut, maka ia dapat dikatakan sebagai warga negara yang baik.


Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan
·         Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, prinsip ini berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis, Jepang, dan Indonesia.
·         Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan,prinsip ini berlaku di Amerika, Inggris, Perancis, dan Indonesia, terkecuali di Jepang.
·         Unsur Pewarganegaraan ( Naturalisasi)
Syarat-syarat atau prosedur pewarganegaraan disesuaikan menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-masing.
Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat
1.rasa hormat dan tanggung jawab
2. bersikap kritis
3. bersikap terbuka
4. rasional
5. adil
6. jujur

Contoh Sikap Moral Warga Negara yang Baik
v  Dalam Lingkungan Keluarga :
Berbicara dengan kata-kata yang baik untuk menghormati Ibu, Bapak dan Saudara yang lebih tua
& menjaga nama baik keluarga.
v  Dalam Lingkungan Sekolah : Mematuhi tata tertib yang berlaku&
setiap warga sekolah harus saling menghormati dan menghargai serta bertanggung jawab terhadap sekolah.
v  Lingkungan Masyarakat, Bangsa dan Negara : Rela berkorban demi kepentingan umum, mengakui dan menghargai pendapat bersama yang dirumuskan dan disetujui dalam musyawarah, mengakui dan menghargai keberhasilan yang dicapai orang lain.


3.      Fairness (Keadilan)
Adil adalah memberi, memperlakukan, menempatkan segala sesuatu sesuai dengan kedudukan, tidak berat sebelah, ada kesesuaian antara hak dan kewajiban.
Cara bersikap adil
  1. Adanya tekad bahwa hanya dengan keadilan hidup akan berkah.
  2. Berlaku adil pada siapapun.
  3. Menjadikan keadilan sebagai kunci kebahagiaan, keselamatan, kesuksesan dan kemuliaan dalam hidup.
Keuntungan bersikap adil
  1. Mereka yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan akhirat
  2. Apabila orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya
  3. Mendapat keridhaan dari Allah SWT
  4. Mereka yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia
  5. Mereka yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun akhirat
  6. Keadilan merupakan jalan menuju surga.
4.      Respect (Rasa Hormat)
Respek adalah rasa hormat terhadap orang lain. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga hormat yang disertai rasa kekaguman. Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang direspek dengan lebih dalam.
Mengapa perlu ada Respect (Deborah J. Thompson)
          Mereka memegang kata-katanya
          Mereka sanggup mengontrol diri mereka
          Mereka menuntun, mengajar dan memberikan contoh.
          Mereka tidak mudah menyerah
          Mereka mengakui ketika berbuat salah
          Mereka menunjukkan kasih sayang dan menghormati orang lain
          Mereka tidak pernah berhenti belajar
          Mereka memiliki prioritas dalam urutan yang benar

5.      Responsibility (Tanggung Jawab)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Macam-macam tanggung jawab
Ø  Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. 
Ø  Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga.
Ø  Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Sehingga dengan demikian manusia merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain. Jadi, segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Ø  Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara
Ø  Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsang terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

6.      Trustworthiness (Kepercayaan)

v  Das dan Teng (1998) memberikan definisi ataupengertian kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah ubah dan beresiko.
v  Rousseau et al, (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayaan sebagai bagian psikologis yang terdiri dari keadaan pasrah untuk menerima kekurangan berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku orang lain.
v  Doney et.al. (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayan sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama .
Maka dapat disimpulkan kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu benar atau nyata.
Trustworthiness (Kepercayaan) meliputi
kejujuran dalam komunikasi dan perilaku; kehandalan dalam kinerja yang konsisten di mana Anda dapat bergantung; loyalitas kepada klien , dan integritas dalam semua urusan profesional.
Membangun Kepercayaan
Ketika kita mendapat kepercayaan dari orang lain, ketika itu juga kita mempunyai kebebasan untuk bertindak terhadap hal yang dipercayakan. Sekali kita tidak dapat dipercaya maka kepercayaan itu tidak bisa dikembalikan seperti semula. Kepercayaan itu mahal harganya. Ketika kita menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada kita, pada saat itu pula kita di hadapannya tidak ada harganya.   Membangun kepercayaan bukanlah hal yang mudah. Usaha kita adalah menjadikan diri kita layak dipercaya oleh orang lain. Seringkali orang yang pandai berbicara berusaha untuk meyakinkan kata-katanyabahwa ia layak dipercaya. Namun penilaian tetaplah ada di pihak yangmemberi kepercayaan. Bukan kata-kata yang dijadikan ukuran seseoranglayak dipercaya. Tindakanlah yang membuktikan apakah kita itu layakdipercaya atau tidak.